RKA disajikan dalam format global, anggaran belanja hanya dipisahkan berdasarkan belanja pegawai, belanja barang dan jasa dan belanja modal tanpa perlu untuk disajikan rinciannya. Berikut ini contoh Format RKA.Format RKAKeterangan:n. Belanja Pegawai BLUD : anggaran belanja khusus untuk belanja pegawai selama satu periode. Belanja pegawai ini digabung menjadi satu baik itu untuk pegawai di bagian pelayanan maupun pegawai di bagian administrasi dan umum.y. Belanja Barang dan Jasa BLUD : anggaran belanja untuk belanja barang dan jasa BLUD selama satu periode. Belanja barang dan jasa ini merupakan keseluruhan anggaran biaya baik dari kegiatan operasional maupun non-operasional.y. Belanja Modal BLUD: anggaran belanja untuk belanja modal BLUD selama satu periode. Belanja modal ini merupakan anggaran untuk anggaran kegiatan investasi yang direncanakan oleh puskesmas.RBA vs RKAKeterangan:Belanja Pegawai. Dalam penyusunan RBA, belanja pegawai dibedakan menjadi dua yaitu biaya pegawai bagian pelayanan pelayanan dan juga biaya pegawai bagian administrasi dan umum. Biaya pelayanan adalah semua biaya yang timbul dalam kegiatan penyediaan pelayanan (pada umumnya berhubungan dengan pasien), sedangkan biaya administrasi dan umum adalah semua biaya yang timbul dalam kegiatan administrasi dan umum.Belanja Barang dan Jasa. Dalam penyusunan RBA, belanja barang dan jasa yang ada di dalam RKA dipecah menjadi beberapa jenis, yaitu masuk ke dalam biaya operasional dan biaya non operasional. Biaya operasional adalah seluruh biaya yang timbul dari kegaitan operasional (kegiatan utama puskesmas). Sedangkan biaya non operasional adalah seluruh biaya yang timbul diluar dari kegiatan operasional puskesmas.Belanja Modal. Dalam penyusunan RBA, belanja modal disajikan dibagian pengeluaran investasi.
Sedikit mengulas dokumen RBA merupakan dokumen wajib yang harus disusun setiap tahun oleh masing-masing Puskesmas yang sudah menyandang status sebagai BLUD. RBA merupakan rencana jangka pendek satu tahunan sebagai implementasi rencana jangka panjang lima tahunan yang tertuang dalam dokumen RSB. Dokumen RBA ini disusun sebagai pedoman dalam pelaksanaan dan pencapaian anggaran. Anggaran merupakan sebuah proyeksi, yaitu perkiraan kemampuan yang sekiranya dapat dicapai dimasa yang akan mendatang. Untuk membuat proyeksi yang realistis sebaiknya dilakukan dengan mempertimbangkan hasil pencapaian di tahun berjalan, sehingga perumusan proyeksi akan lebih akurat dan reliable.Sebelumnya pada dokumen RBA BAB II telah dijelaskan bagaimana cara mengukur prognosa (perkiraan pencapaian pendapatan dan biaya tahun berjalan). Penghitungan prognosa ini dijadikan acuan untuk menyusun proyeksi yang sekiranya akan tercapai di tahun anggaran (tahun mendatang). Setelah selesai menyusun dokumen RBA BAB II kemudian dilanjutkan dengan menyusun RBA BAB III.Dokumen RBA BAB III secara garis besar berisi proyeksi pendapatan dan biaya yang akan diterima oleh Puskesmas di tahun anggaran. Lebih lengkapnya mengenai isi dari dokumen RBA BAB III adalah sebagai berikut: Analisis SWOT. Mengenai perkiraan kelebihan, kekurangan, peluang dan ancaman yang akan terjadi di tahun mendatang.Rencana peningkatan pelayanan, seperti gambar tabel dibawah ini :Analisis faktor internal dan eksternal PuskesmasProyeksi Pendapatan, seperti gambar dibawah ini:Proyeksi Biaya, berikut contoh proyeksi biaya :Menyusun proyeksi pendapatan dan biaya yang harus dilampirkan di RBA BAB III melalui mekanisme sistematika penyusunan proyeksi. Sistematika penyusunan proyeksi adalah Memperhatikan realisasi pendapatan dan biaya di tahun berjalanMelakukan analisis kelebihan, kelemahan, peluang dan ancaman Puskesmas (SWOT)Rencana yang akan dilakukan untuk meningkatkan kelebihan dan meminimalisir kelemahanMelakukan kalkulasi atas perencanaan diatas.Melakukan analisis faktor internal dan eksternal yang akan mempengaruhi operasional Puskesmas.Menyusun proyeksi, hal ini berupa perkiraan kenaikan atau penurunan pendapatan dan biaya yang akan diterima atau dikeluarkan di tahun anggaran atas berbagai macam pertimbangan diatas.Proyeksi pendapatan dan biaya yang disusun harus dilampirkan dalam RBA BAB III. Untuk realisasi pendapatan yang harus dilampirkan adalah rincian pendapatan, sedangkan untuk realisasi biaya yang harus ditampilkan adalah rincian biaya, biaya per sumber, biaya per jenis, ringkasan program dan kegiatan, biaya rekap per unit, biaya rincian kegiatan per unit dan biaya per kegiatan.Dengan memperhatikan value added dalam dokumen dan efisiensi waktu dalam penyusunan lampiran realisasi pendapatan dan biaya dapat menggunakan Laporan RBA yang merupakan output dari System BLUD Syncore pada modul RBA. Hanya dengan satu kali input proyeksi pendapatan dan biaya di menu RBA, system secara otomatis akan menghasilkan berbagai macam laporan RBA yang dibutuhkan sebagai lampiran tersebut.
Secara garis besar dokumen RBA Puskemas BLUD Bab II berisi analisis mengenai kondisi keuangan dan non keuangan pada tahun berjalan yang dibandingkan dengan pada saat penyusunan RBA. Data-data yang diperlukan dalam penyusuan RBA Bab II ini diantaranya anggaran tahun berjalan, Standar Pelayanan Minimal Puskesmas, laporan keuangan tahun berjalan serta data jumlah kunjungan/kegiatan pelayanan (per jenis pelayanan dan per unit). Jika sudah memiliki data-data tersebut menyusun dokumen RBA Bab II bukanlah hal yang sulit. Berikut ini penjelasan lebih lengkap mengenai sistematika atau isi dari dokumen RBA Puskesmas BLUD BAB II: a. Kondisi Lingkungan yang Mempengaruhi Kinerja Kondisi lingkungan yang mempengaruhi kinerja ini dibedakan menjadi dua yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal terdiri dari kondisi pelayanan, keuangan, organisasi dan sumber daya manusia dan kondisi saranan dan prasarana.Dari setiap faktor internal tersebut dianalisis lebih dalam mengenai kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh puskemas dari setiap bidang tersebut. Contoh untuk pelayanan, hasil analisis menunjukkan bahwa kekuatan untuk pelayanan di Puskesmas A adalah sudah adanya SOP pelayanan, sedangkan untuk kelemahannya adalah pelayanan Puskesmas A masih terkonsentrasi pada pelayanan dasar puskesmas. Sedangkan untuk faktor internal terdiri dari peraturan perundang-undangan yang terkait, kebijakan pemerintah, keadaan persaingan dengan lembaga yang sejenis, keadaan perekonomian baik nasional maupun internasional, perkembahan sosial budaya dan tingkat pendidikan masyarakat. Segala aspek tersebut dianalisis apa yang menjadi faktor yang mempengaruhi kinerja puskesmas pada tahun berjalan. b. Perbandingan Asumsi Pada Waktu Menyusun Rencana Bisnis dan Anggaran Dengan Fakta Yang Terjadi Asumsi dalam penyusunan RBA terdiri dari asumsi makro dan asumsi mikro. Asumsi makro ini adalah asumsi ekonomi secara keseluruhan diluar dari entitas anggaran itu sendiri (dalam hal ini puskesmas) yang akan mempengaruhi kegiatan puskemas. Contoh asumsi makro yang sering digunakan adalah tingkat inflasi, tingkat pertumbuhan ekonomi, kurs suku bunga kredit, kurs rupiah terhadap dollar. Sedangkan asumsi mikro yang digunakan pada umumnya adalah rata-rata kenaikan tariff, rencana pengembangan/peningkatan pelayanan, dan rencana kunjungan pelayanan. c. Pencapaian Kinerja Pencapaian kinerja dalam RBA BAB II puskesmas ini dibedakan menjadi dua, yaitu kinerja non keuangan dan kinerja keuangan. Kinerja non keuangan yang disajikan dalam RBA BAB II ini meliputi jumlah kegiatan/kunjungan per jenis pelayanan dan per unit serta perbandingan dengan SPM yang telah ditetapkan. Untuk kinerja keuangan berisi mengenai laporan realisasi pendapatan, realisasi biaya, realisasi investasi/modal dari dana Non BLUD, Laporan Neraca, Laporan Operasional, Arus Kas dan CALK atas laporan keuangan tahun berjalan tersebut. Semua laporan tersebut disajikan dalam tabel yang terdiri dari anggaran, realisasi per semester I, prognosa tahun berjalan dan selisih antara prognosa dengan anggaran.Tabel untuk Laporan Kinerja Keuangan Contoh untuk tahun berjalan tahun 2016Penjelasan:Uraian : berisi keterangana. Anggaran Tahun 2016 : Diambil dari data proyeksi laporan keuangan BAB IV dokumen RBA tahun sebelumnya.b. Realisasi s.d. Juni 2016 : penyusunan dokumen RBA ini biasanya dilakukan di semester II di tahun berjalan (bulan Agustus-Oktober), sehingga laporan keuangan laporan keuangan yang tersedia adalah laporan keuangan semester I. Sehingga untuk realisasinya diambil dari laporan keuangan semester I.c. Prognosa Tahun 2016 : Prognosa tahun 2016 merupakan perkiraan berapa jumlah yang akan terealisasi selama satu tahun berdasarkan dari data semester I. Contoh misal untuk pendapatan pasien rawat jalan selama semester 1 sebesar 600.000.000, maka prognosa untuk tahun 2016 adalah 12.000.000 ((6.000.000/6bln)x12bln).d. Selisih : Persentase selisih antara prognosa tahun 2016 dengan anggaran 2016 kemudian dibandingkan dengan anggaran 2016. Contoh untuk pendapatan pasien rawat jalan, prognosa tahun 2016 sebesar 12jt sedangkan anggarannya 10 jt, maka selisihnya adalah 20% (((12jt-10jt)/10jt)x100%)
RBA BAB IV memuat mengenai proyeksi keuangan yang akan datang. Asumsikan ini adalah tahun 2017, maka bab IV berisi proyeksi keuangan tahun 2018. Bab IV berisikan hal-hal sebagai berikut:Penjelasan:Di bab IV akan ditemui tabel prognosa dan royeksi keuangan, sebelum jauh untuk membahas prognosa dan proyeksi keuangan tahun yang akan datang, baiknya perlu untuk dipahami tentang prognosa dna proyeksi.Prognosa adalah perkiraan atas peristiwa yang akan terjadi yang berhubungan dengan akun yang berkaitan dengan pelaporan keuangan. Prognosa di bab IV ini harus sama dengan prognosa di bab II taabel prognosa.Rumus untuk prognosa ini adalah contoh bulan Agustus, maka pembuatan prognosanya memiliki rumus : 8/12*realisasi s.d agustus.Sedangkan proyeksi adalah memperkirakan tentang keadaan masa yang akan datang dengan menggunakan data yang ada (sekarang). Proyeksi ini memiliki rumus sesuai dengan kebijakan instansi. Contoh instansi memperkirakan 2018 akan ada peningkatan sebesar 10%, data peningkatan 10% ini diperoleh dengan melihat riwayat 3 tahun sebelumnya di mana terjadi peningkatan dari tahun ke tahunSistematika isi dari bab IV adalah progosa dan proyeksi laporan keuangan,Bab IV A : NeracaPrognosa yang ada di neraca bab IV = Prognosa yang ada di bab II.Proyeksi yang ada di Neraca bisa diambil dari asumi peningkatan yang terjadi.BAB IV B : Laporan OperasionalPrognosa yang ada di Laporan Operasional bab IV = Prognosa yang ada di bab II.Proyeksi yang ada di Laporan Operasional bisa diambil dari asumi peningkatan yang terjadi.BAB IV C : Arus KasPrognosa yang ada di Arus Kas bab IV = Prognosa yang ada di bab II.Proyeksi yang ada di Arus Kas bisa diambil dari asumi peningkatan yang terejadi.BAB IV D : CaLKCaLK ini adalah menjelaskan tentang 3 laporan di atas (neraca, laporan operasional dan arus kas)Format-format ini bisa diambil dari sistem Syncore BLUD yang sudah anda gunakan. Atau jika belum silahkan hubungi tim untuk mendapatkan demo.
Membangun Pola Pikir untuk Menjadi BLU / BLUDHimbauan dari Kementrian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) membuat PPSDM BETKE harus mempersiapkan diri menuju Badan Layanan Umum (BLU). Dan pada tanggal 11 Agustus 2017, KEBTKE mengundang pemateri Syncore yaitu Bapak Rudy untuk memberikan pencerahan mengenai BLU.Badan Layanan Umum (BLU) merupakan Satuan Kerja atau Unit Kerja pada Satuan Kerja di lingkungan kementrian yang dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan, dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas.Dari pengertian di atas jelaslah bahwa BLU tidak semata-mata untuk menjalankan bisnis yang sehat saja, namun tetap memuat misi sosial di dalam menjadi BLU. Bahkan setelah menjadi BLU seluruh paradigma karyawannya harus berubah menjadi melayani, sebab dengan melayani yang baik maka jasa layanan akan meningkat, dan dengan peningkatan pelayanan maka berdampak instansi memperoleh pendapatan. Profit itu apa? Merupakan dampak atau tujuan menjadi BLU? Yang sebenarnya profit adalah dampak yang terjadi karena adanya peningkatan pelayanan, bukan tujuan yang kita kejar setelah menjadi BLU.Siap menjadi BLU tidak semata-mata siap berubah sebutan saja, namun juga segala jajaran mulai dari tukang sapu hingga kepala pusat harus memiliki pemikiran yang sama yaitu bekerja keras untuk meningkatkan pelayanan. Paradigma menjadi BLU yaitu paradigma melayani masyarakat. Jika setelah menjadi BLU tidak ada perubahan kinerja ya berarti Satuan Kerja Pemerintah tersebut baru berubah nama menjadi BLU, namun belum menjalankan BLU sepenuhnya.Mengapa pola pikir pelayan yang harus dibangun setelah menjadi BLU? Sebab satuan kerja pemerintah ada di pekerjaan yang tersedia untuk melayani masyarakat, sehingga jika rasa untuk melayani tidak ada maka pelanggan enggan datang kembali. Mau tidak mau setelah menjadi BLU juga harus memiliki sudut pandang pelanggan, sebab di dalam menjalankan BLU ada ungkapan untuk mempraktikkan bisnis yang sehat. Dan bisnis yang sehat adalah tidak rugi, namun di BLU ini tidak rugi artinya adalah peningkatan kualitas pelayanan kepada masyarakat.
(Foto Pembukaan Workshop PPK BLUD Dinkes Sumedang)MANAJEMEN KAS PADA BADAN LAYANAN UMUM DAERAHPendampingan pelatihan mengenai pola pengelolaan keuangan badan layanan umum daerah (PPK-BLUD) yang sudah berlangsung hingga dua hari (31 Juli dan 1 Agustus) di Sumedang, menimbulkan banyak hal yang harus didiskusikan mengenai pendapatan BLUD ini. Salah satunya adalah pembagian pendapatan tunai dan non tunai.Pelatihan yang sudah berlangsung selama dua hari ini adalah pelatihan untuk menghasilkan laporan RBA dan juga laporan keuangan SAK, di mana semua tahu bahwa dua laporan tersebut wajib dibuat setelah menjadi BLUD. Pelatihan tersebut bersama Dinas Kesehatan Sumedang, dengan 35 Puskesmas BLUD, dan 1 Labkesda BLUD. Penyusunan dokumen tersebut tidak diajarkan manual oleh pemateri, di mana pemateri ini berasal dari Dinas Kesehatan Garut dan juga berasal dari PT Syncore Indonesia. Ke dua pemateri tersebut mengajarkan pelaporan dengan menggunakan sistem aplikasi Syncore BLUD. Dengan menggunakan aplikassi tersebut RBA sudah bisa dibuat dalam waktu setengah hari, dan laporan SAK triwulan sudah selesai selama satu hari lebih, bahkan para peserta sudah ada yang menyelesaikan laporan keuangan SAK Semester 1.Melalui aplikasi yang di miliki Syncore tersebut, tidak hanya permasalahan input data, namun juga pengelolaan BLUD benar-benar diterapkan, mulai dari manajemen kas.1.Manajemen kas masuk : PendapatanBLUD di dalam peraturan menteri dalam negeri 61 tahun 2007 menuliskan bahwa BLUD memperoleh pendapatan melalui jasa layanan, hibah, kerjasama, lain-lain BLUD yang sah, APBD/N. Sedangkkan secara keuangan hanya ada arus masuk kas tunai atau non tunai, sehingga dari permendagri 61 tersebut di terjemahkan menjadi pendapatan tunai dan non tunai. Klasifikasi pendapatan tunai adalah segala pendapatan yang diterima secar kas di tangan, contohnya adalah pendapatan jasa layanan pasien umum, pendapatan parker tunai. Sedangkan pendapatan non tunai adalah pendapatan yang diterima secara transfer, cotohnya adalah kapitasi, klaim dan pendapatan lainnya yang langsung diterima di bank tanpa melalui mekanisme setor tunai.2.Manajemen Kas Keluar : Pengeluaran Biay.a.Alur Uang Persediaan (UP)Alur ini sudah terakomodir di dalam sistem, di mana UP ini merupakan uang persediaan yang awal tahun diterima oleh bendahara pengeluaran sebagai dana untuk pengeluaran operasional. Alur ini sudah dilengkapi dengan pebuatan SPP, SPM dan juga SP2D yang buktinya sudah langsung bisa di cetak.b.Alur Ganti Uang (GU)Alur ini juga sudah ada di dalam sistem aplikasi Syncore, di mana alur GU ini merupakan alur di mana bendahara meminta ganti uang kepada bendahara penerimaan atas sejumlah dana yang sudah di belanjakan. Alur ini juga sudah dilengkapi dengan SPP, SPM, dan SP2D.c.Alur Langsung Tunai (LS-Tunai)Alur ini digunakan untuk transaksi langsung transfer kepada pihak ketiga. Mekanismenya mulai dari pengajuan SPP, SPM hingga pencairan dana SP2D. Untuk lebih dalam mengetahui tentang PPK BLUD, baik pembuatan RBA atau pun Laporan keuangan berbasis SAK silahkan untuk menghubungi tim Syncore.(Foto Penutupan Workshop PPK BLUD Dinkes Sumedang)
Pada hari Jum’at 28 Juli 2017 sampai dengan hari Sabtu 29 juli 2017 telah dilaksanakan workshop penyusunan tarif BLUD puskesmas di Hotel Horison Pekalongan. Peserta workshop tersebut adalah kepala puskesmas dan perwakilan dari setiap bagian/unit pelayanan di puskesmas. Foto bersama untuk pembukaan workshop penyusunan tarif BLUD puskesmas Kab. Pekalongan di Hotel Horison Pekalongan (Jum'at, 28 Juli 2017)Dalam workshop tersebut menghadirkan nara sumber yang memiliki kompetensi dan berpengalaman dalam bidang penyusunan tarif. Narasumber dalam workshop tersebut adalah drg. Hunik Rimawati, M. Kes dan dr. Ananta Kogam Dwi Korawan, M.Kes dari Dinas Kesehatan Kabupaten Kulon Progo.Workshop penyusunan tarif ini berjuan untuk memberikan gambaran mengenai bagaimana cara untuk menentukan tarif dari masing-masing pelayanan yang ada di puskesmas. Hal ini dilakukan ketika puskesmas sudah menjadi BLUD harus memiliki peraturan atauySetiap puskesmas yang sudah menjadi BLUD wajib memiliki tarif yang baru (legalisasinya) untuk nominal bisa menggunakan nominal tarif yang lama (pergub tarif yang lama). Oleh karena itu diselenggarakanlah workshop penyusunan tarif ini untuk memberikan gambaran dan memberikan pengarahan bagaimana cara untuk menyusun tarif dari setiap jenis pelayanan yang diberikan. Tarif sebaiknya dievaluasi setiap tiga tahun karena adanya perkembangan dari puskesmas (pelayanan yang diberikan oleh puskesmas) dan pengaruh inflasi.Hari petama pelatihan penyusunan tarif lebih mengarah pada penyampaian materi mengenai penyusunan tarif. Untuk menentukan tarif hal yang pertama dilakukan adalah menghitung unit cost dari masing-masing jenis pelayanan. Unit cost merupakan harga dasar dari pelayanan yang diberikan, dengan kata lain unit cost adalah berapa ongkos yang dikeluarkan untuk melayani pasien di unit pelayanan X. Sedangkan tarif merupakan unit cost ditambah dengan jasa pelayanan yang diberikan.Mengihung unit cost ini penting karena untuk penentuan harga pokok produk untuk penentuan tarif dan pengendalian biaya yang berhubungan dengan anggaran. Untuk menghitung unit cost harus melakukan analisis biaya. Ananalis biaya adalah suatu proses mengumpulkan dan mengelompokkan data keuangan suatu institusi untuk memperoleh dan menghitung biaya output jasa pelayanan. Semua biaya yang dikeluarkan oleh puskesmas dikelompokkan, data ini berdasarkan jumlah kunjungan. Kunjungan ke gigi berapa, kunjungan gigi berapa, dll. Semakin rinci data semakin baik untuk menentukan unit cost.Untuk pelatihan hari kedua ini lebih ke praktik penyusunan tarif, peserta dibagi menjadi delapan kelompok yang terdiri dari tindakan umum, KIA KB, gigi, manajemen, biaya tidak langsung, konseling, laborat, dan bersalin. Masing-masing kelompok tersebut berisi dari perwakilan dari masing-masing unit/bagian tersebut. Setiap kelompok diharuskan untuk menganalisis kegaiatan apa saja yang diberikan dari jenis pelayanan tersebut dan mengidentifikasi kebutuhan biaya dari masing-masing kegaiatan. Presentasi dari salah satu kelompok pada workshop penyusunan tarif BLUD Puskesmas Kab. Pekalongan di Hotel Horison Pekalongan (Sabtu, 29 Juli 2017)Di akhir kegiatan setiap kelompok melakukan presentasi mengenai hasil diskusi kelompok dan dikomentari oleh kelompok yang lainnya dan juga oleh narasumber. Sehingga dalam praktik penyusunan workshop tersebut telah disepakati jenis kegiatan pada setiap jenis pelayanan puskesmas. Untuk selanjutnya dilakukan diskusi lanjutan untuk menyelesaikan penyusuna traif ini yang dilakukan oleh masing-masing kelompok.
Agenda Review PPK BLUD Bapel Jamkesos terlaksana pada hari Kamis, 27 Juli 2017 bertempat di Aula Bapeljamkesos DIY. Acara berlangsung mulai pukul 09.30 WIB sampai dengan pukul 16.30 WIB. Tujuan diselenggarakannya acara ini adalah untuk mereview keempat dokumen PRA BLUD yang sedang dalam proses penyusunan oleh tim dari Bapel Jamkesos DIY. Berlangsungnya acara ini merupakan wujud tindak lanjut dari pelatihan PPK BLUD Bapel Jamkesos sebelumnya mengenai penyusunan dokumen PRA BLUD.Bapel Jamkesos sedikit berbeda dengan BLUD lainnya karena pendapatan terbesar Bapel Jamkesos adalah dari APBD dan tidak memiliki pendapatan dari jasa layanan. Bapel Jamkesos sudah resmi menyandang status sebagai BLUD sejak tahun 2011, namun dalam pelaksanaannya sebagai BLUD belum sepenuhnya memahami dokumen PRA BLUD. Walaupun dokumen PRA BLUD sudah ada namun belum pernah melakukan cek penilaian terhadapi dokumen PRA BLUD tersebut. Hal inilah yang melatarbelakangi diadakannya acara review dokumen PRA BLUD ini.Review dokumen yang dilakukan menghadirkan beberapa narasumber yang diharapkan dapat menilai dan memberikan masukan mengenai dokumen PRA BLUD yang sedang dalam proses penyusunan. Narasumber yang dihadirkan antara lain adalah : Bapak Niza Wibyana Tito, S.Kom, M.Kom. dari PT. Syncore Indonesia yang membahas mengenai checklist penilaian dokumen PRA BLUDBapak Hari Megeng, S.IP, M.M. dari Biro Organisasi Setda DIY yang membahas mengenai dokumen SPMIbu Amin Purwani, S.H., M.Ec.Dev dari DPPKA DIY yang membahas mengenai dokumen RSB dan Pola Tata KelolaBapak Afrianto, S.E., Ak., CA dari BPKPDIY yang membahas mengenai dokumen RBA 5 BAB dan Laporan Keuangan Pokok.Acara sesi pertama membahas mengenai checklist penilaian dokumen PRA BLUD, yaitu dokumen RSB, Pola Tata Kelola, Laporan Keuangan Pokok dan SPM. Narasumber memaparkan bagaimana teknis penilaian dokumen PRA BLUD sesuai dengan SE Mendagri No.900 2007 mengenai Pedoman Penilaian BLUD yang berisi checklist indikator penilaian kelengkapan untuk masing-masing dokumen PRA BLUD.Hasil review dokumen oleh Narasumber pertama adalah sebagai berikut : Bapel Jamkesos belum memiliki surat pernyataan kesanggupan di audit. Akan segera dibuat setelah memiliki templatenya. Dokumen Pola Tata Kelola sudah ada Struktur Organisasi Tata Kelola setelah BLUD, namun belum ada penunjukkan siapa pengurusnya. Struktur Organisasi belum lengkap karena belum ada Dewas dan SPI. Selain itu paparan tupoksi untuk masing-masing pejabat BLUD juga belum ada. Kemudian kebijakan pengelolaan SDM juga belum lengkap dan kebijakan tarif juga belum ada. Hal yang terpenting adalah belum memiliki Perwal Tata kelola.Dokumen SPM. Penilaian paling penting adalah di tabel indikator SPM yang dibuat setiap 5 tahunan dan harus sinkron dengan RSB. Bapel Jamkesos sudah memiliki dokumen Laporan Keuangan Pokok. Acara sesi kedua dilanjutkan oleh Bp Heri Mageng, S.IP, M.M. sebagai penggagas PerGub mengenai SPM. Narasumber lebih menyoroti mengenai Permendagri 61 yang membahas mengenai dokumen SPM dan mengupas beberapa pasal yang mengatur mengenai SPM di BLUD.Acara sesi ketiga dilanjutkan oleh Bp Afrianto, S.E, Ak, CA mengenai RBA BLUD.Bapel Jamkesos belum memiliki dokumen RBA 5 BAB yang sesuai dengan Permendageri 61 dan Permenkes No 4 th 2013 khusus mengenai RBA yang sudah terdapat lampiran template RBA yang bisa digunakan sebagai acuan dalam menyusun dokumen RBA 5 BAB. Narasumber fokus mengupas dokumen BLUD yang ada di Permendageri 61 dan sedikit membahas RSB kemudian kaitannya dengan RBA.Subtansi RBA pasal 73 permendageri 61 ada 10 point : Kinerja tahun berjalan (bandingkan anggaran dan realisasi)Asumsi makro dan mikroSasaran indikator target kinerja dan Analisa Unit cost (tidak ada di bapeljamkesos)Perkiraan harga (tidak ada di bapeljamkesos)Anggaran Pendapatan dan BiayaProsentase ambang batas (realisasi bisa lebih dari anggaran dengan batas tertentu)Prognosa LKRencana InvestasiKonsolidasi dengan SKPD Pelaksanaan RBA bersifat dinamis, artinya dalam realisasinya RBA memiliki fleksiilitas yang tinggi. Bapel Jamkesos sudah membuat Laporan Keuangan SAP namun belum membuat Laoran Keuangan SAK dengan konsep akrual sesuai dengan PMK no 271 th 2015 yang menyebutkan bahwa terdapat tujuh Laporan Keuangan yang harus dilaporkan oleh BLUD.Acara sesi keempat dilanjutkan oleh Ibu Amin Purwani, S.H, M.Ec, Dev. yang akan membahas mengenai dokumen RSB.Acara dimulai dengan pembahasan Pergub 7 yang merupakan rincian dari Permendageri 61. Dalam Pergub 7 terdapat sistematika penyusunan RSB di lampiran 1 dan sistematika penyusunan RBA di lampiran 2. RSB bersifat dinamis, penyusunan RSB 5 dilakukan secara tahunan. Apabila dalam pelaksanaannya ada penambahan ataupun pengurangan dalam hal rencana dibolehkan, asalkan ada alasan dan dapat dipertanggungjawabkan. Kemudian narasumber melakukan pemaparan template dokumen RSB dan menginformkasikan cara mengisi nya. Hal-hal lain yang merupakan strategi dan mengenai pengembangan atau inovasi program terkait dengan peningkatan kinerja silahkan dituangkan ke RSB. Namun perlu diingat bahwa RSB BLUD masih harus memiliki benang merah dengan SKPD.
Secara umum untuk pengelolaan keuangan BLUD puskesmas masih bergantung pada APBD ada sejumlah peraturan perundang-undangan yang menyatakan bahwa BLUD diberi keleluasaan untuk melakukan praktek bisnis yang sehat.Bahwa praktek bisnis yang sehat bukan berarti seperti BUMD/perusahaan yang mencari keuntungan tetapi mengelola aset yang dipunyai kemudian di optimalkan.Meskipun begitu, masih banyak puskesmas yang belum mempunyai SDM yang mencukupi sehingga apa yang terlihat dilapangan masih banyak yang tidak terakselerasi dengan baik.Adalah PT Syncore Indonesia melalui kegiatan pendampingan pelatihan penyusunan RBA dan laporan keuangan SAK BLUD yang bekerja sama dengan Dinas Kesehatan Kabupaten Batang telah sukses melaksanakan pelatihan PPK-BLUD puskesmas yang berlangsung pada tanggal 15 s/d 17 Juli 2017, bertempat di hotel horizon pekalongan.Susunan acara kegiatan dibuka dengan menyanyikan lagu indonesia raya dan hidup sehat, dilanjutkan sambutan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Batang dan Wakil Bupati Kabupaten Batang. Penyampaian materi oleh narasumberSelama acara berlangsung banyak pertanyaan terkait dengan RBA dan pengelolaan Keuangan BLUD diantaranya adalahPertanyaan : Terkait SILPA dan juga ASET (mendapat hadiah emas 5 gram dari tabungan BLU puskesmas (Bank Jateng) apakah dimasukkan ke aset, renum atau gimana karena sampai saat ini masih ragu (belum dimasukkan kemana2)) Jawab : bank jateng tidak kan mengenakan pajak maupun bunga, walaupun bunga boleh tetapi pajak atas bunga yang tidak boleh karena merupakan penghasilan negara, untuk caranya silahakan dicatat di laporan keuangannya sebagai penerimaan pendapatan lain2 BLUD yang sah, nanti dineracanya di setara kas, untuk lebih afdol lagi bisa dibuatkan laporan kepada instansi terkait. Kalau untuk renumerasi agak susah karena harus mempunyai sistem renumerasi dulu, kalau di jaspel harus ada perundang-undangan yang mengaturnyaPertanyaan : Terkait SILPA menumpuk banyak, bagaimana solusinya ? Jawab : jika masih menggunakan perpres 32 PPK menggunakan APBD itu wajar karena mungkin APBD belum ditetapkan, pertanyaannya sudah dianggarkan belum jika belum tidak bisa (harus dianggarkan dulu)Pertanyaan : Jika menggunakan RBA yang baru, apakah SILPA yang menumpuk tadi masih bisa digunakan kembali ? Jawab : tergantung, bapak/ibu bisa membuat perencanaan di perubahan RBA APBD (bisa menggunakan logika Prognosa)Pertanyaan : Salah satu temuan BPK bahwa rekening puskesmas tidak boleh ada potongan baik administrasi maupun pajak atas bunga, pengganti biaya transfer. Karena dalam hal ini BPJS mentransfer melalui bank mandiri. untuk masalah ini solusinya bagaimana ? Jawab : jika ada biaya boleh dimasukkan di biaya, lalu bendahara pengeluaran akan mencatat biayanyaPertanyaan : bagaimana cara penggunaan anggaran kas belanja, bisa dijelaskan ? Jawab : kelemahan masalah anggaran kas adalah harus kuat di bendahara pengeluaran tapi jika dengan proses UP, GU uang itu akan stabil Jadi anggaran kas itu hanya untuk keperluan internal saja bagaimana puskesmas itu mengatur uang keluar masukPertanyaan : piutang dari tahun 2015 s/d 2016 ada yang belum cair, bagaimana cara memasukannya di sistem ? Jawab : walaupun itu piutang 2015 tetep harus diinput di saldo awal piutang 2016dari beberapa pertanyaan berhasil kita angkat beberapa isu, diantaranya adalah :1. Kasus emas 2. Pergeseran RBA 3. Perincian RBA 4. Pencatatan bpjs non kapitasi 5. Pencatatan bpjs non kapitasi tahun lalu 6. SILPA